-----------------------

Sunday, May 24, 2015

Memancing Ikan Patin di Alam Liar

 Ikan Patin termasuk ikan yang beraktifitas pada malam hari atau noctural. Ia termasuk ikan demersalatau ikan dasar . Secara fisik memang dari bentuk mulut yang lebar persis seperti ikan demersal lain seperti lele dan ikan gabus. Malam hari ia akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai, jenis-jenis siput dan biji-bijian juga. Dari sifat makannya ikan ini juga tergolong ikan yang sangat rakus karena jumlah makannya yang besar.



 
Ikan patin liar adalah ikan patin dari jenis Pangasius djambal, yang secara alamiah terdapat pada 3 sungai besar di Jawa yaitu sungai Citarum, sungai Bengawan Solo, dan sungai Brantas. Sedangkan di waduk tentu patin hanya terdapat di waduk yang membendung 3 sungai besar di atas dan anak-anak sungai yang berhubungan dengannya seperti waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling yang membendung sungai Citarum. Waduk Gajah Mungkur, Pondok dan Pacal yang membendung aliran sungai Bengawan Solo, serta waduk Karangkates dan Lahor yang membendung sungai Brantas.
Bila ada ikan patin terdapat di luar ke-3 sungai tersebut, kemungkinan adalah ikan introduksi atau ikan yang dimasukkan, bahkan ada juga ikan yang lolos dari karamba apung atau kolam-kolam pemeliharaan dan hidup liar di sungai/waduk. Ikan yang dimasukkan ini jenisnya berbeda dengan ikan jambal yang secara alami hidup di alam. Jenis ikan yang dibudidayakan di kolam-kolam pemancingan atau di kolam budidaya adalah ikan impor asal Thailand yaitu Pangasius sutjii dan Pangasius hypopthalmus. Memang membedakan jenis-jenis ikan patin sangat sulit bagi orang awan, seperti halnya kita membedakan beragam tanaman padi tentu akan terlihat sama saja, walau sebenarnya berbeda.

Patin Sungai Rumahnya di Kedung Sungai
Ikan patin liar melimpah di sungai saat musim hujan di lokasi yang relatif dalam, sedangkan saat kemarau hanya terdapat di lubuk-lubuk yang secara historis memang merupakan rumah bagi ikan patin. Sangat lazim bahwa ikan patin saat musim kemarau hidup di lubuk-lubuk tertentu dan orang desa secara turun-temurun sudah memahaminya.
Saat musim hujan, ikan ini menyebar bermigrasi secara massal dari lubuk-lubuk tempat musim kemarau bersembunyi dan bergerak ke arah hilir. Pada saat inilah ikan ini terlihat dengan jelas populasinya melimpah, terbukti dengan banyaknya pemancing yang “panen” ikan ini. Lokasinya bisa di sembarang tempat, asalkan lebih dalam dibanding rata-rata kedalaman sungai. Kalau musim kemarau mancingnya di lubuk-lubuk konvensional yang memang secara historis ada ikan patinnya, sedangkan saat musim hujan maka wilayah mancingya bisa lebih luas. Saat musim hujan baik mancing siang dan malam hari peluangnya sama saja dalam menaikkan ikan jambal ke pinggir sungai, tetapi saat musim kemarau tiba, mancing malam lebih berpeluang menaikan ikan ini ke darat.
Umpan yang dipakai bisa beragam mulai dari cacing, pellet, roti tawar, adonan pelet (pelet yang resepnya seperti mancing di kolam pancingan). Cara mancingnya bisa dengan berpelampung atau dengan cara mancing dasar, karena ikan patin mempunyai sifat bentopelagik (hidup di dasar sungai, tetapi secara periodik/berinterval menyembul ke atas permukaan).

Tiga Spot Favorit Patin di Waduk
Mancing ikan patin di waduk atau danau dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu mancing di rumpon alami, mancing di sekitar karamba dan mancing di pinggir waduk.

a. Mancing di Rumpon Alami
Rumpon alami di waduk maksudnya banyak bekas pohon tumbang yang hanyut saat waduk terisi air dari Hulu. Di bawah pohon tumbang menimbulkan suatu koloni ikan yang berdiam di sekitar barongan. Lokasi ini berkah bagi pemancing dan petaka bagi penjala, karena menjala di barongan berakibat jala rusak parah. Saat waduk surut rumpon terlihat dan akan hilang saat waduk berisi penuh air.
Mancing di lokasi ini hanya dapat dicapai dengan perahu, karena biasanya lokasinya terletak jauh dari pinggir waduk. Ukuran ikan biasanya seragam dan waktu feeding time biasanya pagi, sore dan malam hari. Saat malam biasanya saat yang mendebarkan karena ikan patin jumbo berukuran diatas 2 kg sering bereaksi terhadap umpan yang kita sodorkan. Metode mancing sebaiknya dengan cara berpelampung, dengan dimulai dari kedalaman 1 meter. Bila tidak ada sambutan dapat diturunkan lagi 2 meter, terus berinterval sampai mencapai dasar waduk. Pada kedalaman dimana mendapat sambaran maka kedalaman tersebut harus dikunci dan seterusnya pada kedalaman tersebut akan mendapatkan strike ikan bertubi-tubi.
Posisi ketinggian air berpengaruh terhadap persentase strike. Semakin dangkal justru semakin sering strike karena ikan yang berkumpul di sekitar rumpon alami lebih banyak populasinya dibanding saat air tinggi menutupi atau menenggelamkan rumpon alami. Saat air tinggi seperti itu biasanya ikan menyebar kemana-mana karena nutrisi sedang melimpah-limpahnya.

b. Mancing di sekitar karamba
Mancing di spot karamba adalah mancing di sekitar karamba, bukan di dalam karamba. Di bawah karamba berdiam berbagai jenis ikan memanfaatkan rantai makanan berupa sebagian pellet yang jatuh ke dasar. Karena pakan melimpah maka menjadi lokasi yang banyak dihuni beragam jenis ikan termasuk ikan patin. Bahkan ikan patin di bawah karamba berukuran besar-besar, 2-10 kg. Hanya saja masalahnya untuk mendapat akses mancing di karamba justru lebih sulit dibanding mendapatkan strike ikan patin itu sendiri, karena kita harus kenal dekat dan dipercaya pemilik karamba. Metode mancing yang efektif adalah mancing dasar, karena ikan hanya berkutat di sekitar bawah karamba, tidak pergi kemana-mana.

c. Mancing di Pinggir waduk
Mancing di pinggir waduk juga mempunyai peluang, walupun persentase strike ikan patin masih di bawah mancing di rumpon alami dan di sekitar karamba. Sebagai catatan bahwa hunting ikan patin di pinggir hanya mengandalkan ikan yang sedang berjalan/bergerak mencari makan, bukan rumah ikan seperti kedua spot di atas. Sehingga “gamblingnya” lebih terasa.
Ada beberapa trick untuk mencari ikan patin di pinggir. Mancinglah di lokasi yang memang sering dipancing, lokasi ini biasanya agak dalam, walau di pinggir waduk. Lokasi yang sering dipancing biasanya rame akan pemancing, baik siang atau malam. Lokasi ini pastilah bertaburan beragam umpan pellet di dasar waduk, sehingga menimbulkan bau yang merangsang ikan patin untuk mendekat. Selain lokasi ini akan menjadi semacam lokasi “tetap” bagi ikan untuk kembali lagi dengan tujuan feeding.
Biasanya ikan patin yang tertangkap berukuran kecil, sekitar 200-300 gram, walaupun sesekali ada ikan besar juga yang terangkat naik. Mancing dasar adalah satu-satunya cara yang paling efektif, karena umpan harus dilempar jauh ke depan. Sedangkan dengan cara mancing berpelampung niscaya akan berulang-ulang kembali menepi ke pinggir, terkena angin dan ombak sehingga menjauh dari target yang akan dibidik.