Memancing Dekat Permukaan
*a. Penentuan lokasi*
Lokasi pemancingan di dekat permukaan agak sulit ditentukan. Untuk
keperluan ini ada beberapa cara yang dapat di tempuh. Di samping meminta
bantuan nelayan setempat, perlu juga diketahui kejadian-kejadian di laut
sebagai pertanda adanya gerombolan ikan. Adanya gerombolan ikan ditandai
dengan perubahan warna air, bentuk air yang beriak atau berbuih, adanya
ikan-ikan yang saling berlompatan ke atas, dan banyak burung camar yang
menukik-nukik di permukaan laut. Dengan tanda-tanda seperti itu dapat
dipastikan perairan tersebut banyak ikannya.
Lokasi pemancingan di dekat permukaan bisa juga terdapat di perairan
dalam yang mempunyai dasar karang. Ada tidaknya karang bisa diketahui
dengan melihat peta laut atau berdasarkan petunjuk nelayan setempat. Di
perairan seperti ini biasanya terdapat berbagai macam organisme yang
menjadi makanan ikan.
Jenis ikan pelagis (permukaan) seperti tuna, cakalang, lemadang,
barakuda, kembung dan marlin mudah tertarik pada benda-benda yang
terapung di laut. Kejadian seperti ini sering kali dimanfaatkan oleh
nelayan dalam menentukan lokasi penangkapan. Mereka sering melakukan
penangkapan ikan di sekitar benda-benda terapung tersebut. Dengan dasar
seperti itu, dibuatlah tipuan dengan memasang benda yang menetap di
laut. Benda mengapung yang sengaja dipasang untuk mengumpulkan ikan ini
dinamakan rumpon.
*b. Kapal untuk pancing tonda*
Kapal yang didesain untuk memancing ikan dengan tonda /(trolling)/
biasanya berbentuk agak ramping. Dengan bentuk seperti ini gerakan kapal
menjadi lebih lincah. Selain itu, kapal juga dilengkapi dengan
mesin-mesin kecepatan tinggi, bahkan kadang-kadang ada yang menggunakan
mesin ganda. Keberhasilan memancing dengan tonda memang sangat
dipengaruhi oleh laju kapal yang digunakan. Untuk keberhasilan menonda
sebaiknya menggunakan kapal dengan kecepatan antara 10-12 knot.
Bagian belakang kapal /(burutan)/ sebaiknya dibuat agak lebar agar
pemancing lebih leluasa dan lebih mudah menaikan ikan ke atas kapal.
Jika pemancing menggunakan lebih dari satu unit pancing, biasanya kapal
diberi tambahan beberapa palang yang terbuat dari kayu atau fiberglas.
Palang-palang ini dinamakan /out rigger/ dan dipasang pada bagian kiri
dan kanan lambung kapal yang menjorok keluar atau pada bagian belakang
kapal. Pada ujung kapal diberi cincin penyalur sebagai tempat pemasukan
tali pancing yang berasal dari joran. Dengan adanya palang ini, kita
dapat menggunakan beberapa unit pancing tonda dalam satu kapal tanpa
khawatir terjadinya tali kusut atau penyangkutan satu sama lain.
Dengan menggunakan pancing tonda, ikan yang tertangkap umumnya berukuran
besar seperti ikan tuna, tenggiri, lemadang, layaran atau marlin. Karena
besar dan kuatnya ikan yang tertangkap, ada kemungkinan pemancing
terbawa oleh gerakan ikan dan bisa terjebur ke laut. Oleh karena itu,
demi keselamatan pemancing, ada tipe kapal untuk pancing tonda yang
dilengkapi dengan tempat duduk pengaman. Tempat duduk ini bisa dipasang
secara permanen di atas kapal dan dilengkapi dengan sabuk pengaman.
*c. Pancing dan umpan*
Memacing dekat permukaan sering dilakukan dengan pancing tonda
/(trolling)/. Pancing yang digunakan untuk menonda dapat dilengkapi
dengan joran atau tanpa joran. Namun, demi keamanan dan kenyamanan si
pemancing lebih baik menggunakan joran. Pancing tanpa joran biasanya
talinya sulit ditarik saat mata pancing dimakan ikan. Apalagi bila ikan
yang didapat berukuran cukup besar.
Ikan yang baru terkait mata pancing biasanya mempunyai tenaga melawan
yang luar biasa. Jika pemancing tidak mampu menarik atau bertarung
dengan tenaga ikan, tidak jarang tali langsung dilepas bersama dengan
ikan yang sedang kesakitan. Jika pemancing tetap mempertahankan tali,
bisa jadi tangan pemancing kesakitan karena tergores oleh tali yang
ditarik ikan. Akhirnya, bukan ikan yang didapat melainkan jari tangan
yang terluka.
Dengan joran yang dilengkapi dengan gulungan, pemancing dapat memancing
lebih aman dan nyaman. Memang, tidak sembarangan joran dapat digunakan
untuk menonda. Pilihlah joran yang mempunyai kelenturan dan kekuatan
yang bagus. Bahan joran yang bagus terbuat dari fiberglass. Untuk
pancing tonda, kurang nyaman kalau memakai joran yang terlalu panjang.
Ukuran yang ideal antara 1-1,5 m.
Gulungan tali yang bagus biasanya mampu memuat ratusan meter tali dan
bisa berbunyi saat tali ditarik ikan. Tali yang dipergunakan terbuat
dari /nylon monofilamen/ (senar) dengan ukuran yang disesuaikan dengan
berat ikan yang menjadi sasaran. Karena pancing tonada umumnya ditujukan
pada jenis ikan pelagis yang berukuran beasr, maka diperlukan mata
pancing yang berukuran agak besar, nomor 5-7.
Pancing tonda biasanya menggunakan umpan sungguhan atau tiruan. Meskipun
demikian kebanyakan pemancing menggunakan umpan tiruan yang berbentuk
cumi-cumi atau ikan. Bahkan, ada yang menggunakan tali rafia atau
plastik yang dirumbai-rumbai. Untuk umpan sungguhan, biasanya
menggunakan ikan kembung atau ikan layang berukuran kecil yang telah mati.
**
*d. Cara memancing*
Memancing dengan tonda sebaiknya dilakukan siang hari karena kita
menggunakan umpan tiruan untuk mengelabuhi penglihatan ikan. Kegiatan
ini dimulai dengan mempersiapkan pancing yang terdiri dari joran,
gulungan, tali pancing, mata pancing dan umpan. Keadaan mata pancing
perlu diperhatikan apakah masih tajam atau tidak. Apabila sudah tumpul,
mata pancing perlu ditajamkan dengan alat pengasah, seperti pengasah
pisau atau gerinda batu.
Bagi pemancing tonda yang sudah berpengalaman, kegiatan ini dimulai dari
pengaturan tali pada gulungan. Gulungan dilengkapi dengan alat pengatur
ketegangan yang memiliki tuas dengan skala yang dapat diatur sesuai
kehendak pemancing. Dalam skala tersebut tertera angka yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan ketegangan tali pancing.
Kekuatan tali /(breaking streang)/ bisa diukur dengan menggunakan
timbangan pegas. Cara pengukurannya dapat dilakukan oleh dua orang. Satu
orang memegang joran, sedang yang lain menarik tali yang telah
digantungi timbangan pegas. Pengukuran ini sangat penting, apabila kita
salah menyetel gulungan akibatnya tali mudah putus jika ditarik ikan.
Setelah tali dipasang pada joran, mata pancing yang telah dilengkapi
dengan umpan bisa disambungkan pada tali senar. Antara tali senar dan
mata pancing umumnya menggunakan tali /wire/ dari monel atau bisa juga
tali senar yang berukuran besar. Hal ini untuk menghindari tali putus
akibat gigitan ikan yang bergigi tajam. Panjang tali monel ini antara
1-1,5 m yang dipasang langsung pada mata pancing. Pancing tonda dapat
menggunakan umpan tiruan atau sungguhan, namun yang sering dipakai
adalah umpan tiruan, baik yang menyerupai ikan atau cumi-cumi. Dengan
umpan tiruan ini, setiap umpan dapat digantungi lebih dari satu mata
pancing.
Pancing yang telah dirangkai dalam satu unit siap untuk dioperasikan di
laut. Dengan kecepatan kapal yang tidak terlalu tinggi, antara 3-4 knot,
pancing diturunkan berlahan-lahan. Panjang tali pancing yang tepat untuk
menonda tergantung pada kecepatan kapal. Dengan kecepatan normal, antara
10-12 knot, panjang tali yang sesuai adalah 20-25 m. Meskipun demikian,
ini bukan ketentuan yang baku. Sebagai patokannya adalah bila umpan
kelihatan melayang di permukaan laut saat tali ditarik oleh kapal. Dalam
hal ini dituntut kejelian pemancing atau nakhoda kapal dalam
memperhatikan gerakan umpan tersebut. Ikan-ikan pelagis yang menjadi
sasaran lebih tertarik pada benda yang bergerak atau berenang menyerupai
ikan atau cumi-cumi hidup.
Apabila tali pancing telah diulur (di area) dan umpan sudah bisa
melayang-layang di permukaan, maka tuas yang ada pada gulungan tali bisa
dikunci dengan cara menyetel tuas pada posisi ½ nya. Dengan cara seperti
ini apabila mata pancing disambar ikan, tali pada gulungan akan mengulur
dengan cepat sehingga menimbulkan bunyi “wee..k” menyerupai bunyi bel.
Ini menandakan bahwa ada ikan yang terkait pada mata pancing sehingga
perlu segera dilakukan penarikan.
Setelah penurunan pancing beserta talinya dianggap beres dan tepat,
joran dapat diletakan pada tempat joran, bagi kapal yang dilengkapi
tempat joran /(road holder)/. Bagi kapal yang tidak mempunyai tempat
joran, maka pemancing harus memegang joran tersebut. Khususnya pancing
tonda yang tidak menggunakan joran, tali pancing bisa diikatkan pada
bagian belakang /(buritan)/ kapal.
Dalam satu kapal kadang-kadang menggunakan lebih dari satu joran untuk
menonda, bahkan ada yang menggunakan enam joran sekaligus. Ini tentunya
membutuhkan /out rigger/ agar tali pancing bisa memencar, tidak saling
bersangkutan. Cara pemasangan tali dan mata pancing pada joran sama
dengan pancing yang pertama. Hanya saja, disini kebutuhan tali
pancingnya berbeda antara joran yang dipasang di luar dengan yang di
dalam. Joran yang dipasang di luar membutuhkan tali yang lebih panjang.
Jika joran semua telah terpasang pada tempatnya, kapal dapat bergerak
dengan kecepatan antara 10-12 knot. Laju kapal diusahakan stabil
sehingga umpan akan bergerak sesuai dengan yang diharapkan. Apabila
kecepatan kapal dinaikan, ada kemungkinan umpan akan terbang. Sebaliknya
jika kapal dilambatkan, umpan akan tenggelam ke dalam air. Dalam hal ini
kemahiran Nakhoda megendalikan kapal sangat diperlukan.
Untuk membuat umpan lebih aktif, bisa melayang dipermukaan air, kapal
dapat dijalankan dengan gerakan/zig-zag/ (berjalan tidak lurus). Dengan
cara seperti ini gerakan permukaan air akan lebih banyak sehingga umpan
kelihatan lebih aktif dan akhirnya mampu menarik perhatian ikan pelagis.
Perlu juga diketahui bahwa kebanyakan ikan pelagis mudah tertarik pada
permukaan air laut yang bergerak seperti bekas permukaan yang telah
dilewati oleh kapal. Oleh karena itu sering kita jumpai ikan
lumba-lumba, cakalang, tuna dan marlin mengikuti kapal yang sedang
berlayar di laut.
*e. Teknik menghajar ikan*
Untuk pancing yang menggunakan gulungan, termakannya umpan oleh ikan
ditandai oleh bunyi uluran tali yang menyerupai bel, sedangkan untuk
pancing yang dipegang terasa ada sentakan dari dalam air. Kejadian ini
adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh setiap pemancing. Dengan adanya
tarikan ini, pemancing secara spontan berteriak pada Nakhoda untuk
menaikan kecepatan kapal. Hal ini dilakukan agar ikan yang memakan umpan
cepat tersangkut pada mata pancing. Jika kecepatan kapal tidak dinaikan,
ada kemungkinan ikan melepaskan kembali umpan yang telah masuk ke
mulutnya. Bila Nakhoda yakin bahwa ikan telah tersangkut pada mata
pancing, kecepatan kapal segera diturunkan sampai lebih pelan dari
kecepatan normal menonda. Dalam keadaan seperti ini tetap diperlukan
keahlian Nakhoda, jika Nakhoda tidak pintar dalam mengendalikan kapal,
ada kemungkinan ikan terlepas kembali.
Setelah kapal berjalan pelan atau berhenti, penarikan tali pancing bisa
dimulai, ini dinamakan /fighting time/. Pemancing profesional biasanya
menggunakan sabuk yang telah dilengkapi dengan tempat joran untuk
menarik tali pancing. Joran diambil dari rod holder, kemudian dipegang
oleh pemancing dengan cara meletakan bagian bawah joran pada sabuk yang
telah dilengkapi dengan lubang tempat joran. Tali pancing kemudian
digulung perlahan-lahan dengan memutar alat putar yang terdapat pada
gulungan.
Irama menggulung tali harus disesuaikan dengan gerakan ikan. Apabila
ikan kelihatan melawan, tali harus dihentikan. Sebaliknya bila ikan
kelihatan kelelahan, tali harus segera digulung. Demikian seterusnya
hingga ikan mendekati kapal. Teknik menggulung tali ditentukan oleh
keahlian si pemancing dan dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Apabila
si pemancing ceroboh dan tidak sabar ada kemungkinan ikan lepas atau
tali putus.
Bagi pemancing yang benar-benar lihai dalam hal tarik ulur dengan ikan,
mungkin dalam waktu yang singkat ikan sudah dapat dinaikan ke kapal.
Bahkan, mereka juga bisa menangkap ikan yang berukuran besar dengan
menggunakan tali yang berukuran relatif lebih kecil. Kelihaian ini pada
lomba memancing bisa memperoleh nilai tambah pada kriteria penilaian.
Yang perlu diperhatikan pada saat melakukan penarikan ikan, baik dengan
joran atau tanpa joran, adalah kapal harus dalam posisi tidak berjalan.
Bila kapal bergerak maju, maka akan terjadi tarik menarik antara si
pemancing dengan ikan. Akibatnya tarikan menjadi berat yang
kadang-kadang bisa membuat tali putus. Bagi pemancing yang tidak
menggunakan joran, penarikan harus di lakukan dengan hati-hati. Apabila
ikan yang terkait cukup besar jangan di paksakan untuk menariknya saat
ikan masih melawan. Tunggu dulu sampai ikanbenar-benar lemas. Jika
dipaksakan menarik tali,jari tangan bisa terluka akibat gesekan senar.
Oleh karena itu, jika tidak menggunakan joran, pemancingan disarankan
memakai sarung tangan.
Ikan yang sudah kelihatan lemas akibat tarik ulur dengan pemancing,
perlahan-lahan akan mendekat ke kapal mengikuti tarikan tali pancing.
Meskipun demikian, kadang-kadang ada ikan yang masih memiliki tenaga
kuat walaupun sudah mendekati kapal. Ikan marlin dan layaran, misalnya,
biasanya masih melawan meskipun sudah berada beberapa meter di belakang
kapal. Oleh karena itu, sering kita jumpai pemandangan yang mengasyikan
di mana seekor ikan marlin atau layaran melompat keatas permukaan laut
/(jumping)/ pada saat di tarik mendekati kapal.
Ikan yang sudah dekat dengan kapal harus ditarik dan di arahkan pada
posisi sebelah kiri atau kanan kapal. Maksudnya untuk memudahkan
menaikan ikan ke atas dek kapal. Dengan bantuan ganco yang cukup tajam,
ikan di kaitkan pada mata ganco, bisa pada tubuhnya atau punggung nya.
Untuk ikan yang berukuran besar, lebih baik menggunakan dua ganco.
Bila posisi ganco sudah benar-benar kuat, secara perlahan-lahan ikan
dapat dinaikan ke atas kapal. Ganco ini tidak di perlukan bila yang
tertangkap ikan kecil. Serok yang terbuat dari jaring dan
bertangkaisudah bisa di gunakan untuk mengangkat ikan kecil.
*f. Penanganan hasil pancingan*
Jenis ikan tertentu yang mempunyai kebiasaan berenang cepat seperti
tuna, cakalang, marlin atau layaran meskipun sudah berada di atas dek
kapal seringkali masih bergerak cukup kuat. Bahkan, kadang-kadang bisa
melompat tinggi. Kalau tidak hati-hati, ikan tangkapan ini bisa melompat
lagi ke laut. Untuk hal seperti ini, ikan yang masih hidup ini perlu di
matikan terlebih dahulu sebelum mata pancing yangmasih terkait tercopot.
Sesudah mati, ikan tersebut langsung disimpan di tempat penyimpanan ikan
/(palka)/, bagi kapal yang mempunyai palka, atau ke dalam kotak dingin
yang berisi es.
Bagi pemancing yang perjalananya lebih dari satu hari, penyimpanan
seperti ini dapat memperlambat proses pembusukan. Setelah pekerjaan
menangani ikan selesai, mulailah persiapan untuk memancing berikutnya.
Biasanya pemancing menurunkan pancing tidak jauh dari lokasi sebelumnya.