-----------------------

Saturday, February 15, 2014

Rockfishing Spot Dengkeng




Bercerita soal rock fishing di Yogyakarta tanpa menceritakan lokasinya bagaikan sayur tanpa garam alias hambar. Mancing dari atas tebing memang penuh tantangan dan merepotkan , di samping medannya yang berat , Apalagi kalau kita memancing di guyur hujan yang tak henti hentinya . Ini sangat menyedihkan. Belum lagi menelusuri pegunung dengan bebatuan tajam – tajam. Hal ini yang harus diperhatikan oleh para pancinger. Hal yang perlu diperhatikan mancing dari atas tebing adalah keamanan maka pancinger harus:1). Perlu Kekompakan dari team. 2). Stamina yang prima. 3). Harus ekstra hati – hati dan 4). Minimal 3 orang.

Nah kini saya mau cerita soal single fighter saat mancing rock fishing di Dengkeng setelah dalam kurun waktu seminggu sebelumnya saya sudah mancing di Pulau Kalong, dua kali bersama JFC. Baru pulang dari Pulau Kalong saya dan Hasis berangkat lagi ke Dengkeng, Jadi praktis saya satu minggu 3 kali trip he he he. Memang gila.
Menuju ke Dengkeng kami hanya ditemani porter Pak Sakiman, penduduk asli Wedi Ombo. Sampai di lokasi kami mendapat kawan 5 penduduk desa dan akhirnya kita bermalem 5 orang saja .

Setibanya di hot spot saya langsung mancing dengan joran merah (Hunter Fish ) milik Hasis panjangnya 425, dengan benang spectra 100 lbs , dan reel Cando seri 10.000. Singkat cerita dengan piranti itu saya berhasil menaikan ikan kakap kuning (kampur ) seberat 8 kilo.

Sesaat kemudian joran biru Shimano Surf leader CX dan satu set pancingan dengan umpan kami lemparkan lagi dan strike. Pertarungan adu kuat dengan ikan pun terjadi. Ironisnya ikan terlepas saat saya menjangkarnya, lantaran terbawa arus dan ombak yang begitu kencang dan akhirnya auto release. “Ikannya belum mau di bawa pulang,” kata saya.

Tidak lama terjadi sambaran dengan tenaga yang lebih besar. “Sis kalau ini tambah gede nih ikannya,” kata saya kepada Hasis dan ternyata benar setelah berhasil naik ternyata memang lebih gede dari yang pertama. Ikan kampur (kakap putih) seberat 10 kilo berhasil saya naikkan lagi.

Umpan kembali saya lempar dan terjadi strike dengan kekuatan yang lebih besar. Kali ini ikan lebih kuat menarik dan lari ke karang. Lantaran ikan terus menerus masuk karang maka saya ambil keputusan untuk memutus kenur dan mulai mencai ikan lagi sebab ikan lagi ganas makannya. Bener saja kami kembali mendapat kampur seberat 3 kilo. Dan kami harus mengakhiri kali ini.

Sepulang mancing, penduduk desa berkomentar “Gusti Allah iwak nek iki gede tenan ki , mancing teng pundi mas?” Kami pun hanya tersenyum menikmati kemenangan dalam pertarungan single fighter di Dengkeng. ***Tatang - omahpancing